Sebuah peristiwa kelam yang terjadi pada 9 November 2001 di kota New York merupakan sejarah awal kemunculan pandangan negatif terhadap keberadaan kaum muslim di dunia. Sebuah stigma sinis yang ditunjukan pada segenap masyarakat muslim mulai berguliran dan cenderung membuat polarisasi dalam kehidupan manusia. Kejadian yang tak diharapkan di kota New York itu telah menjadi panah beracun yang senantiasa ditunjukan pada Islam. Hal ini tentunya merupakan suatu bentuk gejala kemunduran moral manusia dengan sikap menjustifikasi secara membabi buta tanpa adanya dasar yang dapat dibuktikan.
Islam dianggap sebagai sumber masalah dari kejadian-kejadian mengerikan yang tentunya tak luput dari kekerasan dan pembunuhan. Padahal, Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, agama yang penuh kedamaian dan rahmat bagi alam semesta. Lantas, mengapa selalu saja stigma-stigma negatif bahwa kekerasan, pengeboman dan penganiayaan senantiasa ditudingkan pada muslim. Sungguh, ada sebuah pembodohan besar dan penyesatan yang telah dilakukan hingga memunculkan konflik yang begitu rumit dan berkepanjangan.
Islamphobia, demikian kata yang menggambarkan keruwetan kondisi tersebut. Sebuah gambaran jelas yang dituliskan dalam dua kata, yakni Islam dan fobia. Defenisi Islam tentu sudah sangatlah jelas dan tidak perlu lagi penulis kemukakan secara detail. Sedangkan, kata fobia memiliki arti perasaan takut, perasaan tidak suka, perasaan khawatir yang cenderung tidak berdasar. Secara sederhana dapatlah disimpulkan, bahwa Islamphobia adalah sebuah perilaku, sikap maupun tindakan yang menunjukan rasa benci, rasa ketakutan, dan rasa ketidaksukaan yang relatif aktif tanpa dasar terhadap keberadaan Islam. Keberadaan Islamphobia tentunya sangat membahayakan kedamaian manusia dan menjadi momok yang harus disudahi. Sayangnya, justru beberapa negara didunia saat ini malah menunjukan sikap anti Islam mereka lewat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Sebut saja beberapa kasus seperti muslim Uyghur, Ronghiya hingga muslim Khasmir di India. Negara-negara yang tidak memberikan rasa nyaman terhadap masyarakat muslim itu adalah mereka yang keberadaan Islamnya relatif minoritas.
Akan tetapi, sungguh disayangkan ada juga negara yang mayoritas muslim justru membeo kebijakan diskrimatif tersebut dan malah balik memusuhi Islam. Tentu saja, mereka berdalih untuk memerangi terorisme namun justru menjadi bumerang yang sewaktu-waktu akan menghancurkan negaranya sendiri. Asumsi Awal dan Paradigma Keliru Penyebab Kemunculan Islamphobia Kemuculan Islamophobia tak lepas dari adanya asumsi-asumsi yang keliru. Pertama, mereka menganggap bahwa Islam adalah agama yang tunggal, dan kurang lebih sama dimanapun. Kedua, Islam dinggap tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Ketiga, menurut para Islamphob bahwa Islam akan menghilangkan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang sudah ada sebelumnya. Terakhir, Islam disebut-sebut sebagai agama yang kuno dan menindas perempuan. Ini merupakan asumsi yang sangat fatal dan inilah hal yang selalu dijual terus menerus.
Islamophobia menganggap Islam sebagai agama kekerasan dan agama terorisme Mereka melihat satu kasus dimana ada teorisme yang memang benar ia seorang muslim, kemudian memukul rata semuanya dengan pikiran yang dangkal dan mengadili bahwa semua muslim adalah teroris. Padahal, faktanya tidak demikian dan muslim bukanlah teroris. Karena pada faktanya banyak orang non-muslim yang melakukan pembantaian, pengeboman dan melakukan tindakan terorisme. Bahkan, orang yang tidak beragama sekalipun juga melakukan tindakan terorisme. Sehingga, tidaklah benar jika mengaitkan agama dengan terorisme dan ini memperjelas bahwa asumsi yang tidak berdasar itu adalah sebuah pembodohan dan bentuk perasaan dari mereka yang kalah dan tidak tahu cara untuk menang. Mereka menggunakan Islam sebagai umpan hanya untuk memenuhi pragmatisme dan obsesi.
Istilah Islamphobia muncul karena ada sebuah fenomena baru yang membutuhkan penamaan. Prasangka anti muslim tumbuh begitu subur pada beberapa dekade ini sehingga menjadi wajar untuk memberikan kosa kata baru yang dapat menjelaskan kondisi tersebut. Stigma negatif anti Islam ini adalah sebuah asumsi yang berdasar pada pemikiran bahwa Islam adalah agama “inferior” dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai yang dominan pada sebuah masyarakat.
Sekelompok ahli hubungan antar ras dan suku bangsa di Inggris mulai membentuk sebuah komisi khusus dan mempelajari serta menganalisis Islamphobia mulai tahun 1995. Komisi yang meneliti tentang muslim di Inggris dan Islamphobia melaporkan bahwa Islam dipersepsikan sebagai sebuah ancaman, baik di dunia maupun secara khusus di Inggris. Hal ini mengacu pada kekuatan dan kebencian terhadap Islam dan berlanjut ketakutan serta rasa tidak suka pada Sebagian besar orang-orang Islam.
Perlu dipahami, bahwa Islamphobia sendiri memiliki karakteristik sebagaimana yang dikemukakan oleh Runnymede. Dalam laporannya, Runnymede menjelaskan bahwa ada sebuah kunci untuk memahami perbedaan tersebut, yakni pandangan yang terbuka dan pandangan yang tertutup pada Islam. Fobia dan ketakutan terhadap Islam merupakan karakteristik dari pandangan yang tertutup terhadap Islam. Sedangkan, ketidaksetujuan yang logis, kritik, serta apresiasi merupakan wujud dari pandangan yang terbuka pada Islam.
Kemudian, sebuah pertanyaan besar muncul. Mengapa harus Islam? Bukankah tindakan terorisme dan praktek kekerasan tidak bisa diidentikan dengan agama? Lantas, apa alasannya hingga Islam yang dipersalahkan? Sebuah jawaban sederhana dapat dilontarkan untuk menjawab semua itu. Alasan seseorang membenci orang lain adalah sebuah bentuk perasaan kalah dan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menang. Prasangka buruk terhadap sesuatu itu hanya dilandasi pada asumsi belaka dan ego yang tinggi. Barangkali ada segelintir pihak yang memandang Islam sebagai suatu agama yang akan menghilangkan nilai-nilai dalam budayanya, sehingga Islam dipandang sebagai ancaman yang harus dihentikan. Maka, cara terbaiknya adalah membuat setiap orang untuk membenci Islam dan pemeluknya. Sungguh, ini sebuah kondisi yang mestinya tak terjadi.
Pustaka:
Kuswaya, Adang.2020.Melawan Islamphobia Penerapan Tema Qurani tentang Wasathiyyah Kasus di Maroko dan Indonesia.Jawa Tengah:Kekata Group.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar